Kamis, 30 Desember 2010

NON FORMAL


Kekuasaan Hati

Namaku Vanilla Kirgisto. Mereka memanggilku Vani. Aku anak tunggal dengan kehidupan yang berkecukupan, apapun yang ku inginkan harus aku dapatkan. Aku mempunyai orangtua yang sangat menyayangiku. Bundaku seorang pekerja keras, pintar, cantik dan anggun. Ia dengan tulus dan ikhlas mengobati pasiennya yang sakit, di salah satu rumah sakit di Jakarta. Ayahku seorang direktur utama di perusahannya.
Bundaku pernah berkata, malaikat mungilnya kini tumbuh menjadi wanita yang cantik, berambut panjang, lesum pipit yang selalu menghiasi senyumnya, otak yang cerdas, dan mata yang indah. Namun aku mempunyai kekurangan, aku mempunyai sifat tempramen yang sulit dikendalikan. Siapapun yang tidak ku sukai akan ku beri pelajaran agar aku merasa puas. Bunda pernah membawaku ke psikiater, menurutnya aku psikopat dengan kadar yang rendah. Tapi aku selalu membantahnya, aku tak apa-apa. Dulu aku tak begini. Andaikan bunda tahu, aku berubah seperti ini karena ulah ayahku. Aku penah melihatnya bersama wanita cantik di salah satu café di Jakarta Selatan. Aku tak bisa menceritakan kejadian itu kepada bunda. Aku sangat menyayangi bunda. Aku tak mau bunda merasa sakit hati oleh perbuatan ayah. Dalam benakku, cukup aku saja yang memberi pelajaran kepada siapapun yang merusak kebahagiaanku dan keluargaku.
Semenjak itu, aku menjadi sosok yang emosional sungguh tak terkendalikan. Bahkan sahabat-sahabatku tak sanggup dengan sifat burukku ini.
“vaniiiiiiiii” terdengar teriakan dari kejauhan.
“siapa si..!” ketusku.
“eh lagi ngapain lo van? Anterin ke kantin yu, haus ni gue habis olahraga, push up tau ga si pegel banget tangan gue” Tanya Dewi.
“gatau, lagi baca, ogah!” jawabku simple.
“ihhh Vaniiiii.... Baca apa? mau liat dong, menurut lo gue masuk fakultas apa ya”
“mane gue tau, masuk dapur aje lu mah!”
“isshhh Vanii ” cemberut Dewi.
Aku langsung pergi meniggalkan Dewi. Dewi memang cerewet banget, males banget kalo udah dengerin dia ngomong.
***
Aku menyetop angkutan umum di depan sekolahku. Sumpek! Penuh banget. Pusing. Sampai nya dirumah, kulihat ayah sudah pulang.
“asalamualaikum”
“kamu sudah pulang van?” basa basi ayah.
“iyee, basa basi aja si pertanyaanya, tumben udah pulang?” tanyaku kesal.
“sama orang tua jawabnya ga sopan banget kamu!” ayah mulai kesal.
“helah kaya sopan aja sama bini lo”
Aku langsung menuju dapur dan mengambil gelas kaca di lemari makan. Ku buka lemari es yang berisi penuh dengan makanan dan buah-buahan. Ku tuangkan air dingin dan segar ke dalam gelasku.
“non Vaniiiii!!!!!!”
“Khokkk khokk khokkk... bego banget si lu mbok gue jadi keselek ni, basah kan rok gue! Apaan si?”
“maaf maaf non, ini ada surat” melasnya muka si mbok sambil memberikan sebuah kertas beramplop pink.
“dari siapa bi?” tanyaku heran.
“si mbok gak tahu non”
“oh yauda, makasi ya mbok.”
Ku buka surat itu, tulisannya rapih sekali, seperti aku kenal tulisan ini.
..Vanikuu sayang, nomermu berapa cantik? Aku kangen banget tauu..... masih inget aku kan?  . oh ya aku cuma mau ngajak kamu kalo lulus nanti masuk ke UNPAD yaa. Nanti kamu tinggalnya dirumahku. Mama sama papaku juga kangen tuh sma kamu., aku tunggu sms nya, ni nomerku 08561786814. Kisshug.. *Vanya*..
Ternyata surat dari Vanya. Ternyata dia masih inget aku. Sahabat kecilku yang selalu setia saat aku sedih atau senang. Semangatku untuk masuk UNPAD bergejolak.
“belajarrr ahh...” fikirku.
Sudah lama tidak ada yang memberiku semangat seperti ini. Karena terfikirkan oleh ulah ayah yang sangat mengecewakan, dendamku terhadapnya dan wanita itu menjadi melekat dihati. Bahkan untuk memikirkan masuk universitas pun tak terlintas dalam benakku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar